Postingan

Ujian Tambahan untuk Si "Nggak Enakan"

Perjalanan Mencari Jalan (bagian 2) Pergulatan batinku dengan rasa sepi dan putus asa ternyata berlangsung sangat lama. Beberapa cara aku lakukan untuk terlepas dari semua itu. Tapi tetap, aku selalu kalah, aku selalu jatuh ke jurang yang lebih dalam. Hidupku menjadi tak ada rasanya, mati rasa. Aku tetap makan dan minum, tetap pergi kuliah dan tetap mengikuti berbagai acara. Tapi bayang-bayang kehancuran dunia karena krisis iklim itu selalu menjadi hantu yang melekat di kepalaku. Kemanapun aku pergi, aku berjalan seperti zombie , setengah hidup setengah mati. Virus covid yang menyerang dunia pada akhir tahun 2019 lalu juga memperparah situasi. Aku semakin putus asa dan semakin menutup diri. Rasanya dunia akan kiamat lebih cepat. Hantu itu selalu menari-nari di dalam kepalaku setiap hari, menyeringai dan mengejekku karena aku semakin ketakutan. Deritaku rasanya semakin tak tertahankan karena aku merasa tidak enak untuk berbagi. Aku tidak bercerita kepada siapapun tentang ini karena khaw...

Ketika Mata Terbuka Lalu Kehilangan Arah

Perjalanan Mencari Jalan (bagian 1) Aku lahir pada tahun 1997, tapi sejujurnya aku belum pernah merasa hidup. Aku adalah manusia biasa, yang lahir di tempat biasa, berasal dari keluarga biasa, dan semua yang terjadi dalam hidupku terasa biasa-biasa saja. Meski begitu, tetap ada hari-hari dalam hidupku yang cukup berarti untuk dikenang. Seperti hari aku mendapatkan nasi kotak saat acara khataman Al-Qur'an Cindy dan Alvin, hari saat aku mendapat peringkat 1 saat SMP kelas VII, hari saat pertama kali aku membaca 1 buku, dan hari-hari sedih yang sulit dilupakan. Aku mulai merasa hidup setelah berada di bangku kuliah. Tepatnya ketika aku mengekspose diri pada pengetahuan. Aku seperti punya percikan api yang menyala di dalam dadaku. Bersemangat bangun setiap pagi untuk membaca banyak buku dan mendengarkan kuliah dari dosen-dosen kesayangan. Mata kuliah favoritku adalah mata kuliah yang diampu oleh pak Suhendra, dan beberapa dosen yang aku sudah lupa namanya (maaf pak dosen ๐Ÿ˜–). Sangat ku...

Cucian

Buku-buku dan alat tulis tercecer di sana-sini. Gelas bekas minum, mukena untuk sholat, cucian yang belum dilipat, baju-baju yang digantung di belakang pintu, kabel-kabel charger , bahkan hey! kenapa ada batu ulekan di atas kertas-kertas itu? Suasana berantakan kamarku seolah menunjukkan isi kepalaku yang juga sedang berantakan. Aku merasa sedang menghadapi hubungan buruk dengan kerapian dan kebersihan barang-barang di kamarku, begitu juga dengan pekerjaan-pekerjaanku. Harus diselesaikan. Baiklah, aku harus bergerak. Mulai merapikan dan menata barang-barang ini sebelum aku merapikan dan menata urusan-urusan dan rencana-rencana hidupku. Ingat! Clean room equals clean mind. Ada setumpuk cucian kering yang dari dua hari lalu belum aku lipat. Mereka masih saja sabar menunggu di atas kursi, tidak bergerak, tidak bisa rapi sendiri. Melipat baju kini menjadi tugas yang sangat menjengkelkan bagiku. Padahal dulu aku sangat menyukainya. Aku jadi teringat waktu kecil, saat ibuku mengurusi cucian...

Jawaban

Seperti biasa tadi pagi aku mengantar keponakanku ke sekolah dulu. Dalam perjalanan pulang, aku sengaja memelankan laju motor untuk mengintip sebuah rumah dari luar pagarnya. Rumah yang cukup unik. Dinding-dindingnya ada 6 sisi, ya rumah itu berbentuk persegi enam. Ku perkiraan panjang sisi-sisi dindingnya itu sekitar 7 meter. Kalau dihitung luas jadi berapa ya? Halamannya tak kalah luas, sekitar seperempat lapangan sepak bola ku kira. Rumah itu berada di sudut kanan belakang tanah, menghadap ke arah timur, ke arah jalan raya. Disampingnya ada sepetak garasi yang terbuka. Tidak ada kendaraan di dalamnya, mungkin sudah dibawa pemiliknya pergi. Entah untuk bekerja, entah untuk ke mana. Di sebelah kanan rumah itu terbentang halaman yang luas tapi kosong. Hanya ada sebuah kandang anjing dan beberapa pohon pucuk merah. Halaman itu cukup asri, rumputnya terlihat sangat hijau dan sehat. Aku berkhayal di dalam hati, "Waah.. kalau aku yang punya rumah ini, sepertinya akan asik sekali. Aku ...

Memanah

Sekitar pertengahan tahun 2021 lalu aku diajak keponakanku bergabung dengan klub memanah yang ada di dekat rumah kami. Katanya, memanah itu seru sekali, bisa melatih fokus dan kesabaran. Di dalam hati aku bilang, apanya yang seru kalau yang dilatih adalah fokus dan kesabaran? Bukankah itu terdengar membosankan? "Ayo Kaakk.. coba sekaliii... aja" katanya. Ya sudah, aku akhirnya ikut juga. Pertama melihat keponakanku latihan, ku pikir memanah itu mudah saja. Tinggal pegang busurnya, ambil anak panah, arahkan ke target, dan taadaa.. anak panah tepat mengenai sasaran. Ternyata tidak semudah itu. Menarik anak panah dari busurnya ternyata susah, keras, dan butuh tenaga. Mengarahkannya ke target juga tak kalah payah. Dan setelah dilepaskan, ternyata tidak tepat sasaran. Anak panahku meleset mendarat di tanah. Aku tertawa, loh kok susah? Aku jadi penasaran. Coba lagi, coba lagi, coba lagi. Kata pelatih keponakanku, memanah memang tak segampang yang terlihat. Hampir semua orang gagal ...